Petani di Sawah Br. Pangkung

Petani sedang menanam bibit padi di Sawah Sekitaran Br.Pangkung

Bimbingan Teknologi

Kegiatan bimbingan teknologi bersama mahasiswa KKN UNDIKSHA

Kegiatan Pasraman

Kegiatan Pasraman untuk SD di desa Pandak Gede

POSYANDU

Kegiatan posyandu dilaksanakan di bale banjar pangkung

Senam PKK

Senam dilaksanakan rutin untuk ibu PKK desa Pandak Gede

Senin, 15 Agustus 2016

Nama Staf Desa dan Perangkat Desa Pandak Gede



Nama Staf Desa dan Perangkat Desa Pandak Gede :
  1. I Gede Putu Suciartha, Jabatan Pebekel
  2. I Gm Ngurah Marjaya, Jabatan Sekretaris
  3. Ni Ketut Nariani, Jabatan Kaur Pemerintahan
  4. Ni Putu Yudianti, Jabatan Kaur Umum
  5. I Wayan Subrata, Jabatan Kaur Keuangan
  6. I Gede Nyoman Sudera, Jabatan Kaur Pembangunan
  7. Ida Ayu Ketut Suryaasih, Jabatan Kaur Kesra
  8. I Putu Karmiartha, Jabatan Kelian Dinas Batanpoh
  9. I Made Sujana, Jabatan Kelian Dinas Pangkung
  10. I Gusti Ketut Ngurah Yudi Merta, Jabatan Kelian Dinas Saba
  11. Dewa Made Parwa, Jabatan Kelian Dinas Belatung
  12. I Putu Budi Arta, Jabatan Kelian Dinas Panti
  13. I Putu Arnata, Jabatan Kelian Dinas Tamansari
  14. I Nyoman Budiana, Jabatan Kelian Dinas Kebon
  15. I Wayan Nantra, Jabatan Kelian Dinas Pasti
  16. Ni Ketut Ayu Wiriani Sri Ariani, Jabatan Petugas Administrasi
  17. I Gede Nyoman Dana, Jabatan Pemijan
Data diupdate terakhir tgl 16/8/2016
Data kelian Dinas belum terupdate 

Sejarah Desa Pandak Gede



Untuk dapat mengungkap sejarah Desa Pandak Gede secara lengkap sangatlah sulit, karena tidak ada bukti tertulis berupa Pustaka atau Prasasti yang dipakai sebagai dasar atau acuan dalam penulisan sejarah desa. Namun berkat adanya informasi dan penuturan beberapa pengelingsir (tetua) desa yang dapat dipercaya, maka Sejarah Desa Pandak Gede dimasa silam dapat kami susun secara tertulis walaupun isinya sangat singkat dan sederhana.
Diceritakan pada suatu ketika Bali diperintah atau di pimpin oleh seorang raja yang bergelar Dalem Kresna Kepakisan yang bersemayam di Samprangan sekitar Tahun Caka 1383 M dan beliau berputra 3 (tiga) orang. Yang tertua bernama I Dewa Samprangan, beliau ini gemar sekali bersolek (berhias) sehingga hamper setiap hari waktunya dihabiskan didalam kamar untuk berhias. Yang kedua putranya bergelar I Dewa Tarukan. Beliau ini sama sekali tidak tertarik hatinya untuk menjadi raja dan beliau menjalani hidupnya sebagai seorang Pandita. Dan putranya yang ketiga yaitu yang paling bungsu bernama I Dewa Ketut Ngelesir, beliau sangan gemar berkeliling (merantau) untuk berjudi.
Pada suatu ketika setelah raja Dalem Kresna Kepakisan wafat dan digantikan oleh I Dewa Samprangan sebagai putra yang tertua dari tiga bersaudara tersebut, mulailah muncul sifat-sifat yang sejak semula gemar bersolek (berhias) tetap dibawa-bawa sehingga mendapat julukan Dalem Ile. Beberapa waktu kemudian datanglah seseorang yang ingin menghadap raja untuk urusan Pemerintahan yaitu Ki Bendesa Gelgel. Ki Bendesa Gelgel begitu lama menunggu munculnya raja I Dewa Samprangan dan rasa kesalnya sudah tidak bisa ditutupinya sehingga Ki Bendesa Gelgel keluar dan meninggalkan Istana. Hal seperti ini sering kali terjadi yang pada akhirnya roda Pemerintahan Raja I Dewa Samprangan dirasakan kurang bagus.
Para Patih, Baudanda dan para Punggawa Kerajaan sangat cemas memikirkan nasib Kerajaan (Istana), dan diputuskanlah untuk mencari jalan keluarnya yaitu dengan kesimpulan Raja I Dewa Samprangan perlu diganti. Kecemasan para Patih, Baudanda, para Punggawa Kerajaan muncul lagi, karena Dalem Ketut Ngelesir yang diharapkan dapat memimpin Kerajaan menggantikan kedudukan kakaknya yaitu I Dewa Samprangan sebagai raja tidak ada di Puri, karena kegemaran beliau suka berkeliling (merantau) dan bermain judi. Begitu besar dan harapan serta keinginan rakyat agar Dalem Ketut Ngelesir yang menjadi Raja menggatikan I Dewa Samprangan, maka dicarilah beliau yang entah dimana keberadaannya.
Para Patih, Baudanda dan para Arya yang diikuti oleh rakyat ikut menyebar menelusuri desa-desa untuk dapat menemukan Dalem Ketut Ngelesir. Sekian lamanya sudah meninggalkan istana untuk mencari Dalem Ketut Ngelesir hingga sampailah disuatu tempat (alas Sandekan) yang kebetulan Dalem Ketut Ngelesir ada disana sedang berjudi. Beliau sangat terkejut dan malu karena yang datang dihadapannya adalah para Patih, Baudanda, dan para Arya Kerajaan yang diiringi kaula (rakyatnya). Beliau kelihatan sangat bingung sambil menoleh kekanan dan kekiri serta bertanya kepada para Patih, Baudanda, dan para Arya Kerajaan. Dan beliau bisa mengerti dengan jawaban yang yang disampaikan oleh para Patih, Baudanda dan para Arya Kerajaan. Kebingunan beliau semakin bertambah untuk meninggalkan tempat tersebut, karena beliau sangat disenangi, disayangi dan dihormati oleh rakyat disana. Sejenak beliau berpikir dan akhirnya beliau mengambil kesimpulan dan memutuskan untuk memenuhi keinginan para Patih, Baudanda dan para Arya yang menghadap beliau untuk kembali ke Puri menjadi Raja menggantikan kakak andanya I Dewa Samprangan yang lebih dikenal dengan julukan Dalem Ile (suka bersolek). Dengan perasaan sedih dan berat hati beliau meninggalkan tempat itu. Suasana diselimuti dengan kesedihan yang mendalam serta keharuan dari seluruh warga (rakyat) disana atas kepergian beliau. Rakyatpun berdatangan menghaturkan sembah sujud kepada beliau dan berusaha menahan (Bhs. Bali “mandekang”) keberangkatan beliau dan memohon agar beliau tetap tinggal disana untuk selama-lamanya.
Oleh karena merupakan suatu keputusan harus meninggalkan tempat itu, beliau bersabda kepada rakyat yang mencintainya, seperti berikut : Kamung Hyang – hyang Ning Pandekan – pandekan sedaya mangke ngulun apasaha lawan kita, moge kita raharja kewredianing suka kara lana kinasihan muang penareking depara sujana mangke tekaning delana lan trimanen pawekastu prikite mangke Hyang-hyang Ning Pandekan.”
Yang artinya kurang lebih :
“Saudara-saudaraku yang berbudi luhur yang menahan keberangkatan saya untuk kembali ke Istana, sebab sudah waktunya saya berpisah dengan saudara-saudaraku sekalian. Mudah-mudahan kalian selamat, bahagia, dan selalu disayangi serta didatangi para pembesar dan para pemimpin.”
        Sejak ditinggalkannya tempat itu (pesraman) ke Puri Gelgel, tempat itu kurang mendapat perhatian lagi dari semua pihak, kecuali mereka orang penghuni pondok disekitar alas Sanekan tersebut. Karena kesan dan keindahan tempat tersebut, maka mereka para warga pondok disekitarnya mendirikan sebuah tempat pemujaan yang disucikan untuk memohon restu agar sukses selalu dalam menghadapi masalah dan pekerjaan serta selamat sentosa untuk seterusnya. Sampai saat ini ditempat itu terdapat sebuah Pura yang diberi nama Pura Lemendek atau Pura Mendek.
        Menyimak kata “ Hyang-hyang Ning Pandekan-pandekan “ diatas yang artinya kurang lebih yaitu : Saudara-saudaraku yang menahan (Bhs.Bali Mandekang) atau berhasrat besar (Bhs.Bali Mekeneh Sanget Gede). Jadi dapat diartikan secara keseluruhan yaitu Pandekan Gede (Bhs.Bali: Sanget Mandekang) yang lama-kelamaan berubah menjadi Pandak Gede sebagaimana nama Desa Pandak Gede sekarang. Dan apabila kita perhatikan kenyataan sekarang dimana kegemaran dan sifat-sifat yang dimiliki oleh Raja Dalem Ketut Ngelesir yang senang merantau (mengembara) dan senang bermain judi*, (*judi disini bermakna mempertaruhkan jiwa dan raga dalam mencari sesuap nasi/harta sebagai pedagang keliling/merantau)  kemungkinan besar karena adanya rasa keterikatan dan rasa saling mencintai satu sama lainnya yang menurun pada masyarakat Desa Pandak Gede. Mudah-mudahan apa yang telah disabdakan oleh Dalem Ketut Ngelesir menjadi kenyataan. Dan kegemaran masyarakat untuk mengembara (merantau) didalam memenuhi kehidupannya dapat dilalui dengan selamat dan sukes yang pada suatu waktu bisa digunakan sebagai bekal pulang ke desa asal untuk ikut membangun desa yaitu Desa Pandak Gede yang cintainya.

Demikian sejarah singkat Desa Pandak Gede dimasa silam dapat kami ungkap secara tertulis dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi semua orang utamanya masyarakat Desa Pandak Gede.


Penulis : Ngurah Marjaya
sumber : cerita tetua2 desa dan juga buku babad dalem dengan judul pengalu orang Pandak

Minggu, 31 Juli 2016

Pemerintahan Desa Pandak Gede

 
Desa Pandak Gede adalah satu desa dari 15 desa di kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan yang merupakan daerah landai dengan ketinggian 250 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan relatif rendah, dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan   : Desa Pandak Bandung
Sebelah Timur berbatasan dengan   : sungai yeh sungi
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Beraban
Sebelah Barat berbatasan dengan    : Yeh Kutikan

Desa Pandak Gede mempunyai Luas wilayah 4,29 km2/429.000 m2 (berdasarkan Peraturan Bupati Tabanan nomor 29 Tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Tabanan).
Desa Pandak Gede mewilayahi 8 (delapan) Banjar Dinas, yaitu :
Banjar Dinas Batan poh
Banjar Dinas Pangkung
Banjar Dinas Saba
Banjar Dinas Belatung
Banjar Dinas Panti
Banjar Dinas TamanSari
Banjar Dinas Kebon
Banjar Dinas Pasti
Desa Pandak Gede berdasarkan hasil sensus pada tahun 2010 mempunyai Penduduk sebanyak 5178 jiwa, terdiri dari 2537 laki-laki dan 2641 perempuan, dengan 1435 KK yang didalamnya ada sejumlah RTM sebanyak 168 RTM dengan 568 orang anggota keluarga. Desa Pandak Gede memiliki beberapa fasilitas sebagai penunjang pelaksanaan Pemerintahan di antara lain :
Gedung Serba Guna dengan fungsi utamanya sebagai Lapangan Bulu Tangkis dan tempat pertemuan
Puskesmas Pembantu dengan 1 petugas Bidan Desa
Pasar Desa
Gedung TK
PAUD
Play Group
Dalam menjalankan roda Pemerintahan Desa Pandak Gede di bidang Pemerintahan, Pembangunan dan bidang Kemasyarakatan, Perbekel dengan Visi dan Misinya "Terwujudnya Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa Pandak Gede melalui Pembangunan yang berwawasan budaya bersih dan lingkungan aman, nyaman dan sehat dengan menitikberatkan pada penanggulangan kemiskinan dan pengelolaan persampahan secara swakelola".
Kondisi Geografis Desa Pandak Gede
Dari sisi geografis Desa Pandak Gede masih termasuk daerah pertanian dengan mayoritas tanaman padi disamping tegalan dengan aneka tanamannya. Dengan terbentuknya 2 (dua) Gabungan kelompok tani (Gaportan) diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat (petani).
Kondisi Demografi
Penduduk Desa Pandak Gede saat ini sudah mengalami pergeseran/peralihan mata pencaharian dimana sebelumnya masyarakat sebagian besar menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian kita telah berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga terjadilah pergeseran dari pertanian ke sektor dagang dan jasa, dengan perincian sebagai berikut :
Pertanian     : 330 jiwa, (75% sebagai buruh tani)
Perdagangan  : 707 jiwa
Pegawai Negeri : 85 jiwa
Karyawan swasta dari berbagai sektor : 415 jiwa ( didominasi  sektor pariwisata )
Jasa Sektor lainnya : 982 jiwa (didominasi dengan pekerjaan jarit menjarit pakaian jadi)
Sebagai catatan : 1 (satu) rumah tangga seolah-olah wajib memiliki 1 (satu) mesin jarit
Disamping itu sekarang sudah ada perusahaan besar yaitu PT. KIani Nusantara yang bergerak pada bidang pendistribusian Gas LPJ 3 kg, mamou menampung cukup banyak generasi muda, sehingga mengurangi pengangguran.
Kondisi Religi, Budaya dan Kesenian
Religi :
struktur penduduk menurut agama menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Pandak Gede beragama Hindu (95%), Islam (7,3%), Budha (0,3%), Kristen Protestan (1,2%) yang besar dipengaruhi oleh adanya pemukinan bari seperti pendirian rumah-rumahkapling.
Budaya :
salah satu warisan leluhur yang sampai saat ini masih dyakini dan dijunjung tinggi oleh Krame Desa Pakraman Pandak Gede bahkan sudah dituangkan didalam awig-awig yaitu tentang :
Larangan terhadap krame desa yang meninggal di luar desa, apabila berkeinginan diaben/dikubur di Kuburan (Setra) Desa Pakraman Pandak Gede tidak diperbolehkan datang membawa mayat tersebut dari utara desa melewati Pura Puseh dan Pura Desa dan harus melalui jalan Desa Nyitdah yang apabila dilanggar diyakini membawa bencana bagi masyarakat (Gubrug)".
Di Desa Pandak Gede memiliki Pura Tri Kahyangan dengan beberapa Pura Pemaksan , tetapi ada satu Pura yang menurut cerita ada keterkaitan dengan sejarah salah satu Raja Bali yang bernama " Dalem Ketut Ngulesir" yaitu Pura Lemendek/ Pura Mendek yang disungsung oleh warga yang berada disekitar Pura saja.
Kesenian :
Di Desa Pandak Gede tidak terdapat kesenian yang menonjol (khas) tetapi sebagai wilayah yang berada dijalur kawasan Obyek Pariwisata Tanahlot tentunya merasa wajib ikut serta berperan yang paling tidak ikut berpartisipasi utamanya dalam Festival Budaya TanahLot yang merupakan even tahunan yang dilaksanakan oleh Pemkab. Tabanan yang bekerjasama dengan Badan Seni Tabuh (Gong) dan Tari.
santhi.
Potensi Wisata
Sebagai salah satu desa yang berada di jalur kawasan Pariwisata Tanahlot secara khusus beluim memiliki tempat/obyek yang bisa dinikmati oleh para touris , tetapi diwilayah Desa Pandak Gede memiliki satu potensi yang cukup bagus, indah dan menjanjikan apabila ada pihak terkait (Pemkab. Tabanan) menggarapnya, yaitu obyek wisata tracking (haiking) di pinggiran sungai Yeh Sungi dari ujung utara desa (Beji Aseman) menuju keselatan sampai di pantai Nyanyi. Kegiatan ini akan didukung oleh rencana pembangunan villa-villa yang ada di pinggiran sungai.